Strategi Perencanaan Dakwah bagi Mahasiswa Al-Azhar dalam Menyebarkan Nilai Keislaman di Lombok

0
30

Penyebaran Islam di Nusantara, sebagaimana yang kita ketahui secara umum lebih banyak membahas wilayah Indonesia bagian barat saja. Sedangkan, wilayah Indonesia bagian timur tidak begitu banyak yang membahasnya (Haris 2005). Ketimpangan ini menyebabkan penyebaran Islam di wilayah Indonesia bagian timur, khususnya di pulau Lombok tidak banyak dikenal orang. Bahkan tidak sedikit dari masyarakat Indonesia berasumsi bahwa mayoritas penduduk Lombok adalah non-muslim. Padahal pada kenyataannya, penduduk Lombok mayoritas beragama Islam.

Dalam sejarahnya, Islam masuk ke Lombok pada abad ke-17. Tokoh yang pertama kali meyebarkan Islam ke Pulau Lombok ialah Sunan Prapen dari Jawa Timur. Saat itu, Islam mulai tersebar melalui pulau Sumbawa. Penyebaran Islam pun semakin meluas di penjuru pulau Lombok. Fakta sejarah ini menunjukkan masifnya aktivitas agama Islam di Lombok hingga kini. Namun, adanya ketimpangan yang disebutkan tadi, membuat minimnya pendakwah di pulau lombok.

Sedikitnya jumlah pendakwah yang ada di lombok menjadi masalah serius yang harus diperhatikan oleh warga Lombok itu sendiri. Sebelum masuk ke pendakwah, terlebih dulu harus memahami pengertian perencanaan dakwah tersebut.

Perencanaan dakwah didefinisikan sebagai proses pemikiran dan pengambilan keputusan yang matang dan sistematis, mengenai tindakan yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dan menentukan cara dan upaya untuk menghadapi sasaran dakwah dalam situasi dan kondisi tertentu agar apa yang menjadi tujuan dan sasaran dakwah dapat tercapai secara maksimal.

Sebagaimana yang dilakukan oleh Syaikh-syaikh Al-Azhar yang telah mencapai tujuan dan sasaran dakwah tersebut secara maksimal. Yang mana Universitas Al-Azhar mahasiswa nya berasal dari berbagai macam negara muslim di seluruh dunia. Jelas, ini sebagai bukti bahwa Syaikh-syaikh Al-Azhar telah mencapai tujuan dan sasaran dakwah secara maksimal.

Kemudian ada dari mahasiswa-mahasiswa tersebut berasal dari Indonesia, yang mana mereka berhasil mengikuti jejak para Syaikh Al-Azhar dalam mencapai sasaran dakwah secara maksimal. Dengan bukti jelas mereka menjadi tokoh masyarakat di Indonesia diantaranya Abdurrahman Wahid, Mustofa Bisri, Muhammad Quraish Shihab, Muhammad Zainul Majdi, dan Abdul Somad. Akan tetepai disini kita akan berfokus pada Muhammad Zainul Majdi saja.

Muhammad Zainul Majdi atau yang lebih dikenal dengan TGB (Tuan Guru Bajan). Beliau lahir di Pancor, Lombok Timur, NTB. Pada tahun 31 Mei 1972. TGB merupakan putra ketiga dari pasangan, ayah HM Djalaluddin SH dan ibu Rauhun Zainuddin Abdul Majid. Ayahnya seorang pensiunan birokrat Pemda NTB. Sementara kakeknya Muhammad Zainuddin Abdul Madjid adalah tokoh Islam dan pendiri ormas Nahdlatul Wathon (NW).

TGB dan dakwah, tidak bisa dipisahkan. Tahun 1999-an, TGB pulang dari Universitas Al-Azhar Mesir. Sejak itulah, beliau berdakwah dari desa ke desa. Bukan hanya di NTB saja, melainkan dari Labuan Bajo di NTT hingga ke Singaraja di Bali. Meskipun TGB menjadi DPR Pusat dan Gubernur NTB, beliau tidak meninggalkan dakwah itu, Apalagi tanpa jabatan, TGB semakin leluasa berdakwah. Beliau keliling melaksanakan Safari Dakwah Nusantara. Beliau tidak membedakan dakwah di kota atau desa. Bahkan di pelosok pun, beliau kunjungi, termasuk ke Krui Pesisir Barat Lampung. Bagi TGB, dakwah adalah panggilan hidup .

Dan sekarang usia TGB sekitar 50 tahun. Dalam rentang setengah abad itu, hidup TGB penuh inspirasi. Ini bermula dari komitmen beliau terhadap Islam.”Hadirkan agama sebagai inspirasi,” pesan TGB dalam berbagai kesempatan.Beliau sebagai ulama maupun umara, selalu berikhtiar menghadirkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan nyata. Dari sinilah, TGB terus menginspirasi.

Kemudian seogianya sebagai mahaisiswa Al-Azhar harus memahami konsep dakwah tersebut dan mengikuti jejak TGB dalam berdakwah, akan tetapi realitas berbeda. Mahasiswa Al-Azhar khsususnya masisir, tidak banyak dari masisir yang memahami konsep perencanaan dakwah, diantara penyebabnya ialah kehidupan Masisir yang sekarang sudah jauh berbeda dari 10 tahun sebelumnya. Saat ini, mereka disibukkan dengan bisnis, dan lainya, sehingga melupakan tujuan awal yaitu untuk belajar di bangku perkuliahan.

Dari faktor ini Masisir bisa dikelompokkan menjadi beberapa bagian. diantaranya yang sibuk kuliah, sibuk talakki, sibuk organisasi, dan sibuk bekerja. Dari empat kelompok ini menurut saya masisir yang paling amanah ialah dua kelompok pertama, karena sesuai dengan tujuan utama yaitu menuntut ilmu, dan bisa dipastikan mereka ini termasuk masisir ideal yang memahami konsep strategi dakwah sebagaimana yang TGB lakukan.

Kesimpulan mengenai pentingya memahami strategi dakwah bagi masisir terutama yang berasal dari Lombok, jangan hanya berfokus di pesantren atau bahkan sama sekali tidak ada keinginan untuk meyuarakan dakwah tersebut. TGB saja yang aktif berpolitik masih bisa berdakwah ke penjuru Lombok bahkan seluruh Indonesia. Dan semoga kita nanti ketika pulang ke Indonesia bisa menjaga fitroh Azhari dan memaksimalkan dakwah.

Oleh : Khosshotur Rijal

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here